Senin, 10 Agustus 2015

Kopdar ala Mak: Konvoi yang Thimik Thimik dan Kangen-Kangenan

Minggu 9 Agustus 2015 merupakan hari yang kami: anggota komunitas Ibu Ibu Doyan Nulis tunggu tunggu dengan penuh antusias. Bagaimana tidak, sudah lebih dari sebulan kami tak bersua darat. "Aturan main" yang disepakati selama ini; Kopdar diselenggarakan setiap dua bulan sekali.

Lama yaa?

Memang. Terasa sangat lama ketika ada beberapa hal yang lebih enak bila dibicarakan ataupun dibahas secara face to face. Keseruan, keharuan, kegembiraan, 'ngrabuk nyawa' dan segala rasa yang entah ...(hayaahh) bercampur baur di sana. Rasa ini tidak didapatkan ketika anggota komunitas ini saling bercengkerama via salah satu media sosial.

Kesepakatan pertama, Jeng Fika akan memberi tumpangan pada saya dengan titik kumpul di Denggung Sleman.


Seiring berjalannya waktu, ternyata Jeng Titin yang akan menjemput karena ternyata Jeng Fika berangkat dari daerah Sleman.

Kesepakatan berubah di saat-saat terakhir menjelang keberangkatan ke Muntilan. Yaa, kali ini giliran Ibu Korwil yang menjadi tuan rumah Kopdar IIDN. Dikarenakan rumah Jeng Ety letaknya lebih dekat ke rumah saya bila dibandingkan dengan Jeng Titin, akhirnya Jeng Ety yang akan menjemput.

Pada hari Minggu 9 Agustus 2015 itu bertepatan dengan Pemilihan Kepala Desa di beberapa daerah di Kabupaten Sleman. Kalau tidak salah, ada 35 Desa yang menyelenggarakan coblosan serentak.
Akhirnya, kami pergi ke TPS mruput dan lalu segera meluncur ke Muntilan.
Jujur,  saya memanfaatkan abi untuk mendapatkan nomor antrian awal di TPS.....--aja ditiru yaa--

Selesai dari TPS, saya menunggu Jeng Ety di ujung gang dekat TPS. Sempat error sebentar, karena ternyata Jeng Ety menjemput di rumah. Olalaaa .....

Meluncurlah kami ke Denggung, titik kumpul yang telah disepakati.



Sesampai di sana, ternyata Jeng Dwi sudah duduk manis di DPR - di bawah pohon rindang. Kami masih menunggu teman lain yang akan berkumpul di Denggung. Ternyata mba Flo telat berangkat karena harus merawat ibunya dahulu.

Akhirnya, kami meluncur ke arah Muntilan setelah lebih dulu nyamperin Jeng Fika yang menunggu di depan warung soto. Kelaparan kaliii, nyoto duluu ...hehehehe.





Coba lihat benda yang terpasang di tiang spion sebelah kanan ....jangan Jeng Liya dengan senyum lebarnya ... Itu benda keramat yang menemani kami, khususnya Jeng Fika agar tidak nyasar di jalan. Namanya? Hehehe, obat anti nyasar.


Berombongan, kami meluncur menyusuri Jalan Magelang yang lumayan padat. Setelah bertemu Jeng Tini yang imyuuutt  dan Jeng Lia yang sedang berbadan dua kami segera konvoi ke Muntilan.

Tak seperti lazimnya konvoi sepeda motor, rombongan kami berjalan kisaran 30 - 40 km/jam. Konvoi apa iring-iringan? Aah, embuh lah, mau dibilang gimana. Kenyataannya kami bisa sampai dengan selamat di Muntilan.

Ada yang hilang di jalan. Karena fokus pada perjalanan, kami tak menyadari bila Jeng Tini, Jeng Liya dan Jeng Fika tertinggal jauh di belakang. Usut punya usut, ternyata ban sepeda motor Jeng Tini bocor kena paku. Terpaksa mampir ke bengkel dan mengganti ban dalam lebih dahulu. Adduuuhh, sakke men...
Lak dadi saya imyuuutt noo ...

Akhirnya kami tiba di rumah Ibu Korwil, meskipun harus dijemput di ujung gang dekat masjid. "Kurang sak belok'an maneh..."kata Mas Fathur sambil tersenyum kecil. Mungkin beliau maklum, penunjuk jalan kali ini lalen, pelupa. Maka tak heran kalau kami pakai acara nyasar lebih dahulu. Upss, maaf jeng Ety.


Di lokasi, sudah hadir lebih dahulu Jeng Sulis, Jeng Neni dan Jeng Nunung bersama  Hazid. Tentu saja, si ganteng ini langsung menjadi pusat perhatian kami semua. Sumeh, murah senyum, tidak takut pada orang lain yang belum dikenal, lasak, dan tingkah polah lucu lainnya yang menggemaskan. Maklum, Hazid baru berusia kurang dari 2 tahun. Lagi lucu-lucunya.



Mungkin, foto-foto berikut bisa bercerita lebih lengkap dan lebih berwarna.....hayaaa, kok kaya spidol ajaa.













Narsis? Itulah kelebihan kami. Tak ada acara kopdar tanpa diwarnai aksi pasang gaya macam gini, Lihatlah... Trio IIDN sedang beraksi, wajah imyut polos tanpa 'warna a.k.a make up' ....









Tuuuhh... Mbak Dwi Lestari sudah ketularan narsis tuuh, pasang aksi depan sendiri..wkwkwkwkwkwk.





Inilah moment yang sukses membuat bu guru Budiarti, biasa kami panggil Mahde, menangis karena haru dan bahagia. Mukanya memerah, speechless.
Lilinnya pun, lilin ukuran jumbo. Bukan lilin hias seperti lazimnya yang disematkan di kue ulangtahun. Gapapa ya Mahde, tak ada akar rotan pun jadilah.





Tak ketinggalan, selfie bareng bikin suasana tambah meriah.


Pembagian hadiah oleh Pije yang cantik imut dan penuh senyum.... Senangnyaaa.



Daaan... Ini yang terakhir sebagai gong dari semua keseruan sesiangan di Muntilan.





=======&&&&&&&&&&=======


Sampai ketemu di Kopdar selanjutnya di tempat dan acara yang berbeda tentunya. Mau ikutan narsis dan berbagi ilmu serta menikmati keseruan saat berkumpul bersama? Yuukk, joint di IIDN Jogjakarta.

* foto foto koleksi IIDN Yogyakarta


===========the end============



4 komentar:

  1. Mak Eng...... Kereeeen nih tulisannya.... Ngalir... Enak banget dibaca, begitu sampai di bawah.... Loh kok udah habis kupasan cerita kopdarnya

    BalasHapus
  2. Seruuuunyaaa Mak. Hiks, gak ikutan.

    BalasHapus
  3. hehe..iya..aku sayang gabisa ikut, padahal pingin banget ke tempat jeng Irfa

    BalasHapus
  4. Serunya.....Alhamdulilah akhirnya bisa mbolang ke Muntilan, Mak...:-)
    Terimakasih liputannya, Mak...keren, ngalir dan lengkap....
    Gambarku banyak bangeet...hihihi....

    BalasHapus