Siapa yang tak punya kenangan semasa duduk di bangku
SMA? Siapa yang tak punya ‘story’ dengan
teman sebangku, teman akrab, sahabat atau bahkan teman se-ganknya? Saya rasa tidak ada. Kalau pun
ada, tentu hanya segelintir orang yang mengalaminya.
Kata orang, masa SMA adalah masa-masa yang paling
indah. Penuh petualangan, kenakalan, kebandelan, coba-coba, sir-siran, jatuh
cinta yang pertama … de el el, de el el. Itu semua orang juga tahu. Semua
peristiwa itu terekam sangat kuat di ingatan, takkan terlupakan bahkan hingga
bertahun kemudian.
Hari Minggu 22 Mei 2016, bertempat di rumah keluarga
Miftachul Bari di dusun Kempleng
Kalurahan Karangsewu Galur Kulon Progo, kami – lulusan SMA N I IKIP Yogyakarta
yang sekarang berubah nama menjadi SMA 9 angkatan tahun 1982-- berkumpul untuk mengadakan acara
Reuni. Dengan mengusung tema besar “Guyup
Rukun Gojek lan Kekancan sak Lawase”
berikut tagar #real_friendship_never_ends, kami kembali
mengenang dan memperbarui kebersamaan yang sempat ‘vakum’ selama beberapa
waktu.
Tak dapat dipungkiri, sejak lulus SMA di tahun 1982
yang lalu, beberapa teman ‘seperti hilang’ karena merantau, pindah ke lain kota
atau bahkan pindah ke luar negeri. Beruntung bagi mereka yang bisa diterima di
kampus yang sama, masih bisa saling ketemu dan menyapa. Atau, diterima di
kampus sebelah, masih sering berpapasan di jalan atau ketemu di suatu tempat
tanpa sengaja. Tetapi, ada juga beberapa teman yang ‘baru ditemukan’ setelah
Panitya Inti merencanakan kegiatan reuni ini.
Saya termasuk salah satu diantara teman yang baru ditemukan itu. Teman teman yang lebih dahulu berkomunikasi,
ketemuan telah membuka sebuah chatroom
di sebuah media sosial. Satu persatu teman ditambahkan di grup. Satu persatu
saling menyapa, menjalin kembali keakraban saat masih duduk di bangku SMA dulu.
Naaah, di hari bersejarah itu kami seperti
dilemparkan kembali ke masa-masa penuh kenangan dulu. Turun dari mobil, lalu
saling bersalaman sambil mengingat-ingat siapa yang ada di hadapan adalah saat
yang bikin kami ngakak nggak habis habis. Bagaimana tidak, tak sedikit teman
yang jauh berubah dibandingkan saat sekolah dulu. Ada yang ‘tumbuh ke samping’,
ada yang makin putih, ada yang makin item, makin gondrong … Inilah keseruan yang mengawali gelak tawa kami selanjutnya.
Panitya Inti telah menyiapkan segala sesuatunya
dengan sangat perfect. Backdrop yang ciamik, caping hias warna warni yang
menarik, hidangan ala ndeso yang sesuai dengan tema, dan home band yang
memeriahkan acara dengan penyanyi yang serba bisa.
Backdrop ciamik yang menyambut kedatangan kami, peserta reuni.
Tak ketinggalan,
beberapa teman yang bersuara emas pun ikut menyumbangkan nyanyian.
Meskipun suara dari sound system sedikit mengganggu jalannya acara reunian,
namun hal itu tak mengurangi kegembiraan kami. Saling berbagi cerita, berbagi
oleh-oleh –maklum, beberapa teman datang dari luar kota seperti Ungaran,
Semarang, Bandung, Jakarta …
Dr Marlinda Irwanti --bintang reuni T82 .... sukaaa sekali difoto
Sang Tuan Rumah, Miftachul Bari ... meskipun wajahnya pucat karena kelelahan, tetapi gembira karena banyak teman yang datang.
Yang difoto dan yang mengambil foto ... sama sama narsis.
Emak emak yang tak mau kalah gaya ... wiiisss, ngalah-ngalahke tukang foto professional.
Pokoknyaaa ... ini gaya dancing para emak -- abaikan yang kalungan sarung.
Naaahh, iniii .... Seragam kebesaran yang tidak matching dengan warna kerudungnya ... hihihi.
Sang Sutradara, yang hangabehi ... --kabeh kabeh diayahi demi suksesnya acara.
Hanya patut disayangkan, rangkaian acara yang sudah
disiapkan dakik dakik oleh Panitya Inti tak bisa seluruhnya dilaksanakan. Tentu
saja, karena kami lebih asyik untuk bercengkerama satu sama lain, saling
bertanya kabar dan tentu saja photo session. Kapan lagi bisa berfoto rame rame
dengan teman-teman se angkatan?
Foto, foto dan foto lagi ... ga ada bosan-bosannya.
"tukang kendang ... jempolku paling guedeeeee"
Lihat saja, meskipun kami sudah termasuk golongan Lolita
–Lolos Limapuluh Tahun, tetapi kami tetap bergaya ala
ala anak muda. Memakai caping kebesaran, kami bergaya bak peragawati ternama
sedang fashion show.
Duet Bung Koes dan bu dokter .... action!
Saluuuutt sama mas Suud, meskipun sedang sakit namun tetap meluangkan waktu untuk hadir.
Tariiikkk maaannggg .... goyang dombret ala emak emak lolita.
Setelah ishoma –istirahat sholat dan makan, kami
melanjutkan photo session dengan berganti kostum. Kali ini kami mengenakan kaos
berwarna abu-abu cerah dengan badge “Berani
Sukses Trappsila 82” di dada kiri atas. Diselingi dengan pembagian
doorprice sumbangan dari beberapa teman, acara berlangsung penuh gelak tawa. Cuitan
cuitan jail terdengar dari beberapa sudut saat penerima doorprice maju ke depan
backdrop. “Ciuum …ciuum…,”
Jempolku paling guedeeeee ....kata Noer Yuwono.
Liatin apa thooo? Semua kompak melihat ke satu arah.
Benar-benar sebuah perhelatan yang menggembirakan,
ngrabuk nyawa dan menjalin tali silaturahmi yang terputus karena tak adanya
komunikasi.
Salah satu pemenang doorprice sedang menerima hadiahnya.
Daaannnn ... ndlosor pun jadi, asal bisa ikut foto rame rame.
Ada yang 'tidak dikenali' lagi?
Capingnya cantik .... gagal fokus.
Semua foto-foto koleksi Trappsila 82.
Tibalah saatnya menyanyikan lagu Kemesraan, foto
bersama seluruh hadirin dan … mbontot.
Membawa pulang oleh-oleh yang disiapkan oleh tuan rumah. Lelah? Pasti. Tetapi keriangan yang mewarnai
reuni itu mengalahkan rasa lelah yang dirasa. Maklum, faktor usia tak bisa
dipungkiri. Tubuh sudah mulai berkurang kebugarannya.
Sampai ketemu di pertemuan selanjutnya. Tahun depan.
Dengan acara yang diharapkan lebih meriah, lebih banyak yang bisa menghadiri
dan tentu saja lebih banyak doorprice yang dibagikan.
Sayonara, au revoir, sampai ketemu lagi.
=====oOo=====