Miranti memandangi tetes hujan dari balik jendela kamarnya pagi
itu. Wajahnya muram, pelupuk matanya bengkak sisa tangis semalaman. Hatinya
sakit, perih tercabik cabik oleh kemarahan Wahyu. Sebenarnya keinginannya
sederhana. Miranti ingin bisa menikmati sunrise dan sunset di perbukitan
kawasan Kraton Boko yang legendaris. Mudah bukan ??
Masalahnya, ini minggu yang sibuk bagi Wahyu.
Sebagai auditor, dia dituntut menyelesaikan audit proyek pembangunan jembatan
penghubung di kabupaten yang ditengarai sarat praktek korupsi. Pak Baroto sudah
mengultimatum, agar menyerahkan hasilnya besok hari Jum’at. Duuh, bagaimana ini
? Wahyu betul betul bingung.
…………
Wahyu teringat saat pertama kali mereka jadian.
Saat itu ujian semester baru saja usai. Wahyu mengajak Miranti bertamasya ke
kompleks Kraton Boko yang eksotik. Panas terik siang itu tak mereka hiraukan
saat mendaki anak tangga yang jumlahnya ratusan. Peluh Miranti bercucuran,
mukanya merona merah, beberapa helai rambutnya menempel di tengkuknya yang
basah oleh keringat. Cantik sekali.
Capek dan panas itupun segera sirna begitu
mereka tiba di pelataran Kraton Boko. Angin berhembus semilir di keteduhan
pepohonan yang rimbun, ditambah lagi pemandangan alam yang sangat elok saat
memandang ke kejauhan. Candi Prambanan, gunung Merapi, Merbabu, juga birunya
laut selatan nampak sangat mempesona.
“
Miranti, maukah kau jadi pacarku ? “ lembut suara Wahyu. Dia berlutut di
hadapan gadisnya, tangannya mengulurkan seikat bunga liar yang sempat di
petiknya saat mendaki bukit tadi.
Miranti terperangah, tak menyangka bila pemuda
yang diam diam dicintainya itu menembaknya secepat ini. Dia terdiam.
Dipandanginya mata Wahyu, mencoba mencari kejujuran di sorot matanya. Miranti
pun mengangguk, membuat Wahyu melonjak kegirangan. Dipeluknya gadis itu, dan dikecupnya
dahinya.
#####
Membelai senja, berbalutkan semburat jingga
Saat mentari mengecup kaki langit, segra
menyongsong peraduan
silhouette pepohonan membayang
sembunyikan rona wajahmu, senyum dikulum
bilur bilur cinta tlah terbuhul indah
Tak sengaja Wahyu membaca sepenggal puisi di
laptop Miranti yang terbuka. Wahyu
terhenyak. Dia tak menyangka bila keingingan Miranti begitu kuat untuk pergi ke
tempat mereka jadian dulu. Puisi itu, puisi yang dituliskannya di selembar
kertas dan diselipkannya k etas Miranti saat mereka pulang. Ternyata Miranti
masih menyimpan tulisan itu. Bahkan sekarang di simpannya di file komputernya.
“ aahh…”
Wahyu menghela nafas. “ kenapa Miranti akhir akhir ini makin aneh saja
permintaannya ? “ keluhnya lagi.
……..
Setelah menyerahkan laporan hasil audit pada
pak Baroto, Wahyu memutuskan mengambil cuti tahunannya. Sengaja tak
diberitahukannya hal ini pada Miranti, ia ingin memberinya kejutan yang
menyenangkan.
Selepas mandi, Wahyu mengajak Miranti keluar.
Sambil bernyanyi nyanyi kecil dilajukannya arah mobil ke Jogja. Miranti belum
menyadarinya, karena sejak tadi dia sibuk dengan hape di tangannya. Sejurus
kemudian dia tertidur, membuat Wahyu tersenyum. Rencananya akan berhasil kali
ini.
“ Mir..
bangun sayang. Kau tak ingin melihatnya ? “ digoyangkannya tubuh Miranti yang
segera membelalakkan mata indahnya. Dikucek kuceknya, seakan tak percaya pada
apa yang dilihatnya kali ini. Mobil mereka berada di punggung bukit, menghadap
arah matahari terbit di kompleks Kraton Boko. Ufuk timur yang kemerahan,
cericit burung terbang ke luar sarang untuk mencari makan, ditingkah gemericik
suara air mengalir di sela bebatuan ….. sungguh luar biasa. Jauh di bawah sana,
Candi Prambanan tegak berselimut kabut, sementara gunung Merapi dan Merbabu berpayungkan
asap putih berarak, memantulkan warna jingga dari matahari pagi.
Miranti tersenyum senang. Direntangkannya kedua
tangannya, dihirupnya sejuk udara pagi yang masih bebas dari polusi. Segar
sekali.
Wahyu sudah menghilang sejak tadi, tanpa
disadarinya.
#####
Kraton Boko, sebuah situs purbakala yang belum
banyak dilirik oleh wisatawan domestik. Bisa kita bandingkan berapa jumlah
wisatawan domestik dengan wisatawan mancanegara yang mengunjungi tempat itu.
Situs ini merupakan kompleks profane, lengkap
dengan gerbang masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian hingga pagar
pelindung. Terletak di dataran tinggi lereng bukit, yang menggambarkan betapa
besarnya kerajaan itu, dan alasan pemilihan lokasi yang strategis. Ada beberapa
tanda yang ditemukan,seperti parit kering dan sisa bangunan serupa benteng yang
dimaksudkan untuk keamanan tambahan.
Gerbang utamanya sangat cantik, terbuat dari
batu, dibangun di atas dua tingkat. Adapula teras yang dipisahkan oleh dinding
batu dan bebatuan sebagai benteng. Ada pula candi Hindu kecil dan candi Buddha,
air mancur di tempat mandi, krematorium, beberapa gua dan beberapa ruang
public.
Miranti masih mengagumi keindahan alam
dihadapannya dengan senyum mengembang. Sesekali dielusnya perutnya perlahan.
“ tunggu
ya nak, sebentar lagi papamu akan mengetahui kehadiranmu “ bisiknya lembut.
Wahyu yang sedang berjalan ke arahnya berhenti
melangkah. Dia tak percaya pada apa yang dilihatnya barusan.
Segera
diburunya Miranti, diguncang guncangnya pundaknya.
Miranti tersenyum lebar. Dipeluknya Wahyu
dengan penuh kasih. Diulurkannya amplop putih yang diambilnya dari saku
bajunya.
Wahyu segera menyambar amplop itu dan
membacanya. Wajah lelahnya segera berubah. Matanya berbinar, senyumnya
mengembang.
“ benarkah …benarkah ini ? Alhamdulillah ya
Allah…..” Wahyu mengucap syukur, lalu mengecup kening istrinya. Mesra sekali.
Digandengnya Miranti berkeliling. Rasa kesal,
mangkel dan marah yang sejak beberapa hari ditahannya menguap sudah. Rupanya
ini bawaan bayi, Miranti juga tak menyadari bila dia sedang ngidam.
#####
Sorenya Wahyu kembali mengajak Miranti
mengunjungi Kraton Boko. Kali ini pemandangannya lebih eksotik dan mengagumkan
dibandingkan pagi hari. Matahari yang mulai tenggelam di arah barat
meninggalkan warna jingga, indah sekali. Dedaunan yang masih nampak basah sisa
hujan tadi siang memantulkan cahaya yang sangat elok dipandang. Angin bertiup
menggoyang ranting, pucuk pucuk daun dan meluruhkan tetes air ke tanah.
Miranti berdiri diam dalam pelukan suaminya.
Dielusnya perutnya perlahan. Semoga nanti setelah lahir
kau tidak ngeces ya nak … bisiknya.
---000---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar