Rabu, 22 Februari 2012

Membelai senja di Kraton Boko [edisi Ngidam]


Miranti memandangi  tetes hujan dari balik jendela kamarnya pagi itu. Wajahnya muram, pelupuk matanya bengkak sisa tangis semalaman. Hatinya sakit, perih tercabik cabik oleh kemarahan Wahyu. Sebenarnya keinginannya sederhana. Miranti ingin bisa menikmati sunrise dan sunset di perbukitan kawasan Kraton Boko yang legendaris. Mudah bukan ??
Masalahnya, ini minggu yang sibuk bagi Wahyu. Sebagai auditor, dia dituntut menyelesaikan audit proyek pembangunan jembatan penghubung di kabupaten yang ditengarai sarat praktek korupsi. Pak Baroto sudah mengultimatum, agar menyerahkan hasilnya besok hari Jum’at. Duuh, bagaimana ini ? Wahyu betul betul bingung.
…………
Wahyu teringat saat pertama kali mereka jadian. Saat itu ujian semester baru saja usai. Wahyu mengajak Miranti bertamasya ke kompleks Kraton Boko yang eksotik. Panas terik siang itu tak mereka hiraukan saat mendaki anak tangga yang jumlahnya ratusan. Peluh Miranti bercucuran, mukanya merona merah, beberapa helai rambutnya menempel di tengkuknya yang basah oleh keringat. Cantik sekali.
Capek dan panas itupun segera sirna begitu mereka tiba di pelataran Kraton Boko. Angin berhembus semilir di keteduhan pepohonan yang rimbun, ditambah lagi pemandangan alam yang sangat elok saat memandang ke kejauhan. Candi Prambanan, gunung Merapi, Merbabu, juga birunya laut selatan nampak sangat mempesona.
  Miranti, maukah kau jadi pacarku ? “ lembut suara Wahyu. Dia berlutut di hadapan gadisnya, tangannya mengulurkan seikat bunga liar yang sempat di petiknya saat mendaki bukit tadi.
Miranti terperangah, tak menyangka bila pemuda yang diam diam dicintainya itu menembaknya secepat ini. Dia terdiam. Dipandanginya mata Wahyu, mencoba mencari kejujuran di sorot matanya. Miranti pun mengangguk, membuat Wahyu melonjak kegirangan. Dipeluknya gadis itu, dan dikecupnya dahinya.
#####

Membelai senja, berbalutkan semburat jingga
Saat mentari mengecup kaki langit, segra menyongsong peraduan
silhouette pepohonan membayang
sembunyikan rona wajahmu, senyum dikulum
bilur bilur cinta tlah terbuhul indah

Tak sengaja Wahyu membaca sepenggal puisi di laptop Miranti yang terbuka.  Wahyu terhenyak. Dia tak menyangka bila keingingan Miranti begitu kuat untuk pergi ke tempat mereka jadian dulu. Puisi itu, puisi yang dituliskannya di selembar kertas dan diselipkannya k etas Miranti saat mereka pulang. Ternyata Miranti masih menyimpan tulisan itu. Bahkan sekarang di simpannya di file komputernya.
  aahh…” Wahyu menghela nafas. “ kenapa Miranti akhir akhir ini makin aneh saja permintaannya ? “ keluhnya lagi.
……..

Setelah menyerahkan laporan hasil audit pada pak Baroto, Wahyu memutuskan mengambil cuti tahunannya. Sengaja tak diberitahukannya hal ini pada Miranti, ia ingin memberinya kejutan yang menyenangkan.
Selepas mandi, Wahyu mengajak Miranti keluar. Sambil bernyanyi nyanyi kecil dilajukannya arah mobil ke Jogja. Miranti belum menyadarinya, karena sejak tadi dia sibuk dengan hape di tangannya. Sejurus kemudian dia tertidur, membuat Wahyu tersenyum. Rencananya akan berhasil kali ini.
  Mir.. bangun sayang. Kau tak ingin melihatnya ? “ digoyangkannya tubuh Miranti yang segera membelalakkan mata indahnya. Dikucek kuceknya, seakan tak percaya pada apa yang dilihatnya kali ini. Mobil mereka berada di punggung bukit, menghadap arah matahari terbit di kompleks Kraton Boko. Ufuk timur yang kemerahan, cericit burung terbang ke luar sarang untuk mencari makan, ditingkah gemericik suara air mengalir di sela bebatuan ….. sungguh luar biasa. Jauh di bawah sana, Candi Prambanan tegak berselimut kabut, sementara gunung Merapi dan Merbabu berpayungkan asap putih berarak, memantulkan warna jingga dari matahari pagi.
Miranti tersenyum senang. Direntangkannya kedua tangannya, dihirupnya sejuk udara pagi yang masih bebas dari polusi. Segar sekali.
Wahyu sudah menghilang sejak tadi, tanpa disadarinya.
#####

Kraton Boko, sebuah situs purbakala yang belum banyak dilirik oleh wisatawan domestik. Bisa kita bandingkan berapa jumlah wisatawan domestik dengan wisatawan mancanegara yang mengunjungi tempat itu.
Situs ini merupakan kompleks profane, lengkap dengan gerbang masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian hingga pagar pelindung. Terletak di dataran tinggi lereng bukit, yang menggambarkan betapa besarnya kerajaan itu, dan alasan pemilihan lokasi yang strategis. Ada beberapa tanda yang ditemukan,seperti parit kering dan sisa bangunan serupa benteng yang dimaksudkan untuk keamanan tambahan.
Gerbang utamanya sangat cantik, terbuat dari batu, dibangun di atas dua tingkat. Adapula teras yang dipisahkan oleh dinding batu dan bebatuan sebagai benteng. Ada pula candi Hindu kecil dan candi Buddha, air mancur di tempat mandi, krematorium, beberapa gua dan beberapa ruang public.
Miranti masih mengagumi keindahan alam dihadapannya dengan senyum mengembang. Sesekali dielusnya perutnya perlahan.
 “ tunggu ya nak, sebentar lagi papamu akan mengetahui kehadiranmu “  bisiknya lembut. 
Wahyu yang sedang berjalan ke arahnya berhenti melangkah. Dia tak percaya pada apa yang dilihatnya barusan.
 Segera diburunya Miranti, diguncang guncangnya pundaknya.
Miranti tersenyum lebar. Dipeluknya Wahyu dengan penuh kasih. Diulurkannya amplop putih yang diambilnya dari saku bajunya.
Wahyu segera menyambar amplop itu dan membacanya. Wajah lelahnya segera berubah. Matanya berbinar, senyumnya mengembang.
“ benarkah …benarkah ini ? Alhamdulillah ya Allah…..” Wahyu mengucap syukur, lalu mengecup kening istrinya. Mesra sekali.
Digandengnya Miranti berkeliling. Rasa kesal, mangkel dan marah yang sejak beberapa hari ditahannya menguap sudah. Rupanya ini bawaan bayi, Miranti juga tak menyadari bila dia sedang ngidam.
#####

Sorenya Wahyu kembali mengajak Miranti mengunjungi Kraton Boko. Kali ini pemandangannya lebih eksotik dan mengagumkan dibandingkan pagi hari. Matahari yang mulai tenggelam di arah barat meninggalkan warna jingga, indah sekali. Dedaunan yang masih nampak basah sisa hujan tadi siang memantulkan cahaya yang sangat elok dipandang. Angin bertiup menggoyang ranting, pucuk pucuk daun dan meluruhkan tetes air ke tanah.
Miranti berdiri diam dalam pelukan suaminya. Dielusnya perutnya perlahan. Semoga nanti setelah lahir kau tidak ngeces ya nak … bisiknya.

 ---000---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar