Selasa, 26 Januari 2016

Ngirit ala Mak: Memanfaatkan Sisa/Kelebihan Air Rebusan

Meskipun di Indonesia sudah beberapa bulan memasuki musim penghujan, akan tetapi beberapa minggu terakhir ini udara terasa demikian panas. Hal ini sangat dirasakan oleh mereka mereka, terutama yang tinggal di Jogja.
Saat pergi ke pasar jam 7 an pagi, berbelanja sebentar saja sudah mandi keringat. Apalagi nanti bila sampai di rumah, baju yang dikenakan pasti sudah basah kuyup oleh keringat yang membanjir.

=====oooOOOooo=====

Sudah menjadi kebiasaan di keluarga kami, setiap pagi selalu menyeduh teh (teh seduh, bukan teh celup) dalam teko blirik khusus. Jadi, bisa dipastikan rutinitas saat bangun pagi adalah menjerang air, sementara kompor yang satunya dipakai untuk menghangatkan nasi atau memasak.

Seringkali, saya tidak memperhatikan berapa banyak air yang dijerang di ceret. Asal saja memasukkan air, dikira-kira. Naah, tentu saja, selalu ada air rebusan yang sisa, tidak terpakai semuanya untuk menyeduh teh.

Beberapa kali, setiap pagi saya selalu membuang air sisa rebusan tersebut. Kadang sedikit, tetapi kadang kadang lumayan banyak juga. Lama lama kok berasa sayang yaa kalau dibuang? Sementara untuk kebutuhan air putih/bening, saya mengkonsumsi air mineral. Bukan apa-apa, pilihan itu lebih kepada alasan kepraktisan. Kami tak perlu ribet dengan teko, seandainya butuh air panas pun tinggal pencet tombol. Jadiiii, bila tiba tiba ada tamu yang bertandang ke rumah, tak butuh waktu lama untuk menghidangkan secangkir kopi, misalnya.

=====oooOOOooo=====

Suatu ketika, saya menjadi tuan rumah pembubaran panitya syawalan di kampung. Laiknya tradisi Jawa, saya menyiapkan bubur sungsum (kami menyebutnya demikian) yang akan disantap bersama-sama di acara pembubaran tersebut.
Belajar dari pengalaman yang sudah sudah, biasanya bubur sungsum tersebut tidak disantap di tempat, mereka memilih untuk dibawa pulang.
Atas saran tetangga, akhirnya bubur sungsum tersebut saya masukkan ke dalam mangkuk mangkuk plastik, sementara kuah gula jawanya saya masukkan ke dalam plastik es lilin, agar tidak tercampur dengan buburnya.
Praktis dan manis, tidak tumpah kemana-mana.

=====oooOOOooo=====

Karena plastik es lilin tidak bisa beli eceran, harus beli 1 pack isi 100 lembar; akhirnya saya punya sisa plastik es lilin lumayan banyak. Untuk apa yaa ini? Beberapa kali hanya disingkang-singkang (diperlakukan seolah sudah tidak berguna), dipindah sana, dipindah sini .... sampai bosan melihatnya.

Iseng, air sisa rebusan untuk menyeduh teh saya masukkan ke dalam plastik es lilin tadi. Kebetulan punya persediaan karet gelang bekas tali pembungkus makanan yang saya kumpulkan di sudut dapur. Setiap pagi dua atau tiga bungkus air sisa rebusan saya masukkan ke frezzer. Nanti sore, air sisa rebusan itu sudah berubah menjadi es batu.
Terkadang, bila persediaan es batu menipis, saya sengaja merebus air lebih banyak, agar besok paginya bisa saya bungkus menjadi es batu lagi.

=====oooOOOooo=====

Sekarang saya tak perlu repot membeli es batu setiap kali ingin membuat es teh atau es sirup. Cukup mengambil es batu secukupnya di frezzer, buka plastik pembungkusnya tanpa perlu repot memecahnya lalu masukkan ke gelas.

Praktis kan?

Kebetulan, si sulung sangat suka minum es. Mau pagi hari, tengah hari bolong, sore bahkan malam menjelang tidur, ia suka minum air putih yang dibubuhi es batu. Terkadang, sebelum berdandan, ia akan mengoleskan es batu ke seluruh wajahnya lebih dahulu.

Lhoo ...bukankan di kulkas ada cetakan es batunya?
Iyaa, cetakannya masih ada. Rapi jali. Dibungkus dengan plastik kedap udara dan disimpan di lemari perkakas. Kalau mengandalkan cetakan es batu bawaan kulkasnya, mungkin hanya satu orang yang menikmati, sementara bila membungkus sisa air rebusan saya bisa mendapatkan es batu lebih banyak.

Hahahaha, ini mah emak ngirit bin pelit dan kurang gawean ....

Semoga bermanfaat.
Salam hangat.


=======oooOOOooo=======



1 komentar:

  1. gak papa mak...itu juga kulakukan kok...yg melakukan mlh Diba ding....sisa apa aja dia bikin es batu...sisa teh di jumbo klo pas usai ada rapat RT, pasca pengajian...kan terasku suka utk posko minuman makanana saat ada kegiatan kampung

    BalasHapus