Cerana yang kau ulurkan kini teronggok muram
Usang dan berdebu, bertemankan laba laba
Di bibir jendela, kamar lantai
duapuluh tiga
Seburam kaca yang mengalanginya menatap cakrawala
*****
Anggur yang kau tuang tlah lama mengudara
Sisakan seleret noda merah, dan sehelai karpet basah
Sepotong cerita dan remasan jemari menggigil
Dalam debur genderang jantung, degub sempurna
*****
Temaram lampu berona jingga, berbaur pagut
Hangat menjalar di ujung kelambu
Putaran jarum waktu berlari menjauh
Melesat, bagai tak hendak menunggu
*****
Dan kini, jambangan pun berhias bunga melayu
Tak hendak luruh, meski hari mengejar suluh
Kegelapan tlah luluh, menyusuri jantung kota yang gemuruh
Tak sisakan warta untuk sekedar berbagi keluh
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar