Entah
kenapa, aku punya banyak waktu untuk sendiri kali ini. Semua seakan
kompak membiarkanku menanyai hati, menyapa ke kedalaman palung jiwa dan
ke luasan samodra yang tersimpan rapi di dada.
“ masihkah
kau simpan gunungan asa sebesar saat pertama ? “ bisikku pada hati.
Puluhan tahun tlah kulewati bersamanya, dan aku tak tahu jawab apa yang
akan kau beri.
“ masihkah
kau jaga cinta sekuat saat pertama ? “ bisikku pada jiwa. Ribuan hari
tlah kulalui bersamanya, dan aku tak tahu kata apa yang akan kau ucap.
“ masihkah kau hangati cemburu dan iri hati sepanas saat pertama ? bisikku pada rasa. Berbilang waktu tlah kulewati bersamanya, dan aku tak tahu keluh apa yang akan kau desah.
...meski tetes embun masih menggelayuti ujung daun
terangguk bersama sapaan bayu
diwarnai semburat jingga rona matahari
terangguk bersama sapaan bayu
diwarnai semburat jingga rona matahari
saat saat menjelang pergantian waktu
mari nikmati romantisme hati
agar butir pengharapan di awal jumpa
tetap terjaga...
mari nikmati romantisme hati
agar butir pengharapan di awal jumpa
tetap terjaga...
#####
Tlah
kutempuh jatah waktuku, separuh atau bahkan lebih. Aku belum mengetahui
sampai kapan pastinya. Kini, nanti atau bahkan bertahun lagi. Kulalui
dengan irama dan gaya seperti mauku. Mulus dan lancar di awal, tikungan
berliku, tanjakan terjal dan juga lobang dalam menganga di pertengahan,
dan berharap bila di akhir ini waktuku akan mengalir landai tanpa
hambatan.
Setiap
orang akan menuju ke satu titik nadir yang entah kapan. Hanya tujuan
kita yang sama, dan waktunyalah yang berbeda. Semua tlah punya jatah
masing masing, lama atau sebentar.
…….
Dalam
perenunganku, aku masih menyimpan sejuta bimbang. Sesekali kubawa
berkeranjang keranjang, tetapi sesekali ku tinggalkan. Ada banyak tanya
yang sering kusimpan dalam dalam. Bahagiakah aku ??
dalam perenungan menjelang pergantian waktu
selaksa kenangan serasa berkejaran
hari demi hari, bulan berbilang tahun
tak terasa, torehkan berlembar lembar sejarah
saat bersenda, saat berduka
saat semaikan benih kasih sayang
juga saat menangguk sekeranjang cinta
mereka yang terkasih, tertangkup dalam genggaman
yang tersisa hanyalah sejuta tanya
dikelebatan asa yang menjulang
sudahkah kubahagiakan orang orang sekeliling ?
Langkahku
tlah menapak ujung pematang. Beberapa bulir padi yang merunduk
mencumbui betis telanjangku, mengalirkan lelehan embun yang tersisa,
memberikan kesejukan. Beberapa pipit dan burung gereja melintas, menyapa
dalam cericit gelisah. Bangau putihpun tetap tegak berdiri satu kaki,
menanti mangsa timbul tenggelam di air tenang.
Tlah lewat dua dasa warsa, saat digandengnya tanganku menyapa masa depan. Selama itu
pula selalu ada cerita cinta dan air mata di pergantian waktunya.
Semuanya mewarnai lembaran hidup yang tengah kugambar dengan anganku,
dengan asaku, dengan citaku dan juga dengan kesedihan jiwaku. Biarkan
semua mengalir apa adanya, biarkan semua berkejaran sesuai kodratNya.
Kini
aku melangkah menuju senja, saat kepalaku terukir sebuah angka. Takkan
cukup jemari kita membilangnya, karena butuh bantuan beberapa tangan
lagi tuk mencukupkannya. Senjaku masih berwarna, meski sesekali
berpendar kelabu kehitaman.
Aku
menikmatinya. Seperti kali ini saat bersendiri menyusuri setapak jalan
dan pematang. Waktu yang berlalu tlah menempa dinding hatiku untuk tetap
tegak, meski palu dan godam setiap saat menempanya, mencoba merobohkan
segala asa dan ketegarannya.
Meski terkadang tak mampu kusimpan tangis, tetapi selalu saja tetes embun menyejukkan perasaanku.
Aku
akan terus melangkah, hingga kujelang saat malamku. Saat dimana aku
tertidur, menyongsong keheningan waktu. Saatnya berdamai dengan segala
hiruk pikuk kehidupan dunia di saat terang.
Semoga bukan gelap yang menemaniku, karena warna warni kan menghangatkan hari dan hati sepiku.
---000---
special thanks for my " hunnybunnybuddy"
atas uluran kukuh lenganmu, membantuku tegak berdiri
---000---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar