Jumat, 14 Maret 2014

Ngompasiana: Kutemukan Dunia-ku

Berawal dari seringnya membaca Kompas.com di saat senggang, secara tidak sengaja pandangan mata saya tertuju pada kanal Kompasiana. Sebuah nama yang asing, nama yang baru tetapi entah kenapa begitu membuat saya penasaran.

Setelah klik kanal tersebut, ternyata ...... olala. Apa ini? Sebuah tampilan yang didominasi warna biru - warna kesukaan saya - terpampang jelas dan menarik.

Pada saat itu - 20 Nopember 2011, saya ingin bergabung pada sebuah grup di facebook.  Untuk dapat diterima sebagai member di grup ini cukup mudah. Cukup menjadi seorang kompasianer. Nah lhoo... Akhirnya, demi memenuhi syarat sebagai anggota, saya pun mendaftar di Kompasiana pada tanggal 21 Nopember 2011.
 
Lalu, setelah mendaftar..... pastilah saya harus menulis untuk di posting. Apa yang harus saya tuliskan?


Beruntung, di laci meja tulis saya terdapat beberapa puisi tak berjudul yang masih tersimpan. Halaman facebook saya pun kebanyakan berisi puisi-puisi tanpa judul yang bertebaran sejak saya membuka akun fb pada tahun 2010. Maka jadilah, puisi itu menjadi 'tulisan pertama' saya di Kompasiana.
Setelah memiliki akun di Kompasiana dan memposting tulisan, saya mendaftar di grup Desa Rangkat. Adminnya berbaik hati mengijinkan saya menjadi bagian dari grup tersebut.
Itu awal perkenalan saya dengan Kompasiana, dan bergabung menjadi anggota blog keroyokan.


 Lalu, apa hubungannya dengan judul diatas?

Semenjak duduk di bangku SMP dulu, saya suka menulis puisi. Mengarang juga menjadi favorit setiap kali pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Puisi-puisi itu hanya tersimpan di laci meja belajar, rasanya senang sekali bila berhasil menciptakan satu puisi. Beberapa diantaranya dikirimkan ke majalah remaja, dan dimuat. Senangnya.... (sayangnya lupa nama majalahnya).

Menjadi Kompasianer membuat saya menemukan dunia yang sempat saya tinggalkan beberapa tahun. Semenjak SMA, kuliah dan berumah tangga, saya melupakan 'kesenangan' itu karena tenggelam dalam rutinitas. Apalagi saya juga bekerja di luar rumah, waktu untuk diri sendiri menjadi sangat terbatas. Kegemaran menulis puisi pada akhirnya lenyap, hilang tak berbekas.

Seiring berjalannya waktu, saya memilih resign dari pekerjaan demi kedua buah hati. Mereka lebih membutuhkan perhatian saya. Apalagi si bungsu, saya harus menungguinya di kelas selama pelajaran berlangsung saat duduk di bangku TK. Begitulah, waktu bergulir begitu cepat. Tanpa terasa anak-anak sudah besar, sudah bisa dilepaskan berangkat sekolah sendiri. Saya memiliki waktu luang yang lebih banyak untuk diri sendiri.

Kegemaran saya membaca membawa saya 'berkelana' di Kompasiana. Inilah awal dari 'kembalinya saya ke dunia fiksi' yang sempat lama saya tinggalkan karena kesibukan. Postingan demi postingan-kebanyakan berupa puisi- mulai rutin menghiasi halaman Kompasiana. Keberanian saya menulis cerpen pun berawal dari sini. Duluuu, saya tak punya nyali untuk menulis cerpen meskipun saya sangat suka membacanya. Entah kenapa.

Tetapi setelah bergabung di Kompasiana, saya berani mencoba menulis cerpen. Keberanian itu semakin tebal ketika jumlah pembaca tulisan saya semakin bertambah dari waktu ke waktu. Alhamdulillah.

 
****************


Beberapa hari menjelang 'ulang tahun bergabung ke Kompasiana' saya mendapat khabar  lewat grup Desa Rangkat. Salah seorang teman memposting link Anugerah Kompasiana 2013. Ketika iseng-iseng saya buka, ternyata ada nama saya tertera di sana. Sangat mengejutkan.

Benarkah ini? Apakah admin Kompasiana tidak salah pilih? Apakah saya sudah layak 'dijejerkan' dengan para penulis fiksi yang sudah malang melintang di Kompasiana? Berbagai pertanyaan itu memenuhi benak saya, sungguh, saya tidak percaya.

Terima kasih yang tak terhingga kepada Admin Kompasiana, saya menemukan dunia-ku yang selama ini saya abaikan dan saya tinggalkan. Menjadi salah satu nominasi Fiksianer Terfavorit 2013 merupakan hadiah indah buat saya tepat di ulang tahun ke-2 bergabung di blog keroyokan ini.

Saya berharap bisa terus menulis di Kompasiana, membagi kebahagiaan kepada para Kompasianer yang lainnya. Semoga kegemaran ini menular kepada para pembaca. Bagi saya, menulis bisa mengurangi beban pikiran, menjauhkan stress, membunuh waktu luang, menghindari bergossip yang tak perlu dengan tetangga, obat di kala sedih dan berduka, juga membagi ilmu yang dipunyai untuk sesama.

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa: ngelmu iku digembol ora mendhosol, nek dijaluk malah tambah = ilmu itu dikantongi tidak nampak, kalau diminta bukan berkurang tetapi malah bertambah.....

Sekali lagi, terima kasih telah menjadikan saya salah satu nominasi, dan terima kasih telah mempertemukan saya dengan dunia-ku yang lama tenggelam oleh waktu dan kesibukan.

Salam,

Yogyakarta, 18 Nopember 2013


=====%%%%%%%=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar