Beberapa hari terakhir, cover buku kumpulan cerpen karya cici Kim
(demikian saya biasa memanggilnya) wara wiri di beranda fb, di beranda
grup fb dan juga tak ketinggalan di chat grup hp...
Semuanya bernada sama, mempromosikan 'buku solo' yang merupakan karya pertamanya.
Sungguh, saya sangat gembira setiap kali mendengar salah seorang
teman di fb atau di Kompasiana berhasil menerbitkan buku karyanya.
Sebuah pencapaian yang menurut ukuran saya: besar. Membanggakan.
Semalam, setelah menyelesaikan urusan pesan memesan buku karya Cici
Kim dan pembayaran, kami sempat berbincang lewat pesan pendek. Ngobrol
ngalor ngidul, hal-hal remeh temeh hingga akhirnya Cici Kim 'ngomporin'
saya untuk mencoba menerbitkan naskah yang saya punya.
Hah? Menerbitkan 'buku solo'?
Itu impian terbesar saya sejak bergabung di Kompasiana akhir tahun
2011 yang lalu. Duluuuu, saya sempat berangan-angan, punya buku sendiri
saat memperingati ulang tahun di 2014. Namun niatan tinggallah niatan
belaka. Tak ada keberanian sedikit pun untuk menawarkan naskah saya ke
penerbit.
Ada banyak kendala yang saya hadapi, beberapa di antaranya masih sulit saya 'taklukkan' hingga sekarang.
Bukankah bisa menerbitkan buku secara indie?
Pernah siih terlintas di pikiran, kalau pun tidak bisa diterbitkan
oleh Penerbit Major, setidaknya bisa lewat self publishing. Paling
tidak, keinginan saya untuk 'mewariskan' buku karya sendiri kepada anak
cucu nanti bisa kesampaian.
Sebuah keinginan sederhana, namun sangat susah untuk mewujudkannya.
Meskipun saya sudah punya 2 antologi -puisi dan cerpen- tapi
rasanya masih belum puas (*ini sombong ala mak Eng-kata temanteman).....
Adalah sebuah kebanggaan bisa memamerkan (sekaligus jualan, tentu saja)
hasil karya ke lingkungan, ke komunitas, ke grup fb, grup wa
dll....rasanya gimanaaaa gitu.
Nah, karena perbincangan dengan Cici Kim semalam semangat saya yang
sempat padam untuk menerbitkan buku kembali menyala-nyala. Jujur,
'rasa' ini sangat tidak enak di hati.
Sebagai penulis pemula (saya memulai menulis di usia yang sangat
sangat terlambat) tentu ada banyak pertimbangan yang berputar-putar di
kepala. Antara ego, senang sekali, sangat berharap berbaur dengan rasa
tidak percaya, kurang pede dan seribu satu rasa lainnya. Campur aduk tak
karuan.
Naah, karena 'komporan' Cici Kim demikian menyengat semangat dan
niatan saya, meskipun terasa 'sangat tidak enak' tetapi saya justru
sangat bersyukur. Keinginan yang beberapa bulan tenggelam dalam
angan-angan ternyata (bisa) diwujudkan.
Alhamdulillah, Cici Kim telah berhasil 'mengutik-utik' niatan saya
semula. Ke depannya, saya berharap usaha ke arah penerbitan 'buku solo'
diberikan kemudahan. Semoga.
Dikomporin Teman Sesama Kompasianer? Emang enaaakk....
~~~***~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar