Rabu, 23 April 2014

Dunia Maya dan Dunia Nyata - Tak Terasa Bedanya

Oktober 2012, pertama kali aku ketemu Jingga Rangkat. Sosok perempuan yang sebelumnya hanya kukenal lewat dunia maya. Dari sosial media itulah pada akhirnya kami bisa bertemu, saling bertukar cerita dalam kebersamaan yang terasa singkat.

Hanya tiga hari, tetapi waktu yang tiga hari itu telah merubah segalanya. Dulu.......aku agak takut dengan komentar-komentar yang dituliskannya di status teman sesama grup fb. DESA RANGKAT , itulah grup yang mempertemukanku dengannya.

Siapa sangka, dibalik ketegasannya, kegarangannya dalam mengawal dan berkomunikasi dengan sesama teman Desa Rangkat, terselip sifat kelembutan, keringkihan seorang anak perempuan. Aku menemukan sifat yang bertolak belakang dengan penampilannya sehari-hari.


==foto kenangan saat Kopdar Rangkat di Bandung, Oktober 2012 [koleksi Jingga]==


Sejak itu, aku seperti punya 'anak perempuan' yang manja, ringkih, aleman tetapi tegar menghadapi kerasnya kehidupan. Tak banyak yang kuketahui tentangnya, karena aku sungguh tak hendak mengorek kehidupan pribadinya yang disimpannya rapat-rapat. Hanya beberapa penggal kisah hidupnya yang sungguh membuat perasaanku haru biru.

~~*****~~




Hari Selasa 22 April 2014 yang lalu, Jingga mengirim pesan lewat bbm. Ia tengah dalam perjalanan ke Yogya bersamaAiya Aiy naik bus. Bbm yang dikirimkannya bikin aku tertawa ngakak. Jingga ketinggalan kereta api. Tentu saja, peristiwa ini mengingatkanku pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Ia pernah mengalami kejadian yang menggelikan. Ia ketinggalan pesawat. Hahahahaha............... tekor deeh.

Sorenya, akhirnya kami bisa ketemuan di sebuah rumah makan di daerah Kotabaru. Aku bisa memeluknya, yaaa, memeluknya lagi. Sama seperti saat perpisahan ketika Kopdar Rangkat dua tahun yang lalu. Kami mengobrol bertiga, sambil menyantap makanan yang kita pesan.

























==foto-foto koleksi Jingga==




Ada satu kalimat Jingga yang terasa menohok ulu hati. Dia tanyakan cerpenku yang bernada satire, sedikit nyrempet-nyrempet soal esek-esek.....Aku hanya bisa bengong. Jujur, aku tak tahu harus menjawab apa soal pernyataannya itu.

Sudah beberapa bulan ini aku mengalami writer's block - berhenti menulis. Entah apa sebabnya. Beberapa cerpen yang kutulis akhir-akhir ini tak ada gregetnya sama sekali. Datar, mengalir, tapi tanpa ciri khas. Begitu yang dikatakan Jingga padaku. Aku sendiri tidak mengerti, kenapa semangat menulisku mandeg seperti sekarang.


Pertanyaan dan pernyataan itu benar benar membuatku tak bisa berkata-kata. Tak ada satu kalimat pun yang bisa menjelaskan alasannya kenapa. Entah. Mungkin karena badmood, males, lebih asyik dengan kegiatan membaca hingga terlupa menulis atau.....entahlah. Yang jelas, pertemuan kami sore hingga menjelang malam itu sangat menggembirakan.

Pada akhirnya, waktulah yang memisahkan kami, aku Jingga dan Aiya Aiy. Mereka berdua segera meluncur ke stasiun Tugu untuk kembali ke Solo dengan kereta api. Sementara aku pun segera meluncur pulang ke rumah dengan sepeda motorku.
Pertemuan yang penuh kesan, melepas kangen, dan ngrumpi ngalor ngidul khas perempuan..

Rasanya tak sabar menunggu Bulan Oktober, bulan dimana kami, warga DESA RANGKAT hendak mengadakan Kopdar dalam rangka memperingati Ulang Tahun yang ke-4. Semoga dimudahkan dan dilancarkan. Aamiin.


=====%%%%%%%=====


















2 komentar:

  1. Terrharuuu baca in bunda....

    bisa mengenal dan kau ijinkan menyebutmu bunda dengan hati... adalah karunia yg indah yg jingga dapatkan. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih yang sama untukmu dhenok........

      supportmu, teguranmu, dan banyak cerita yang kau bagi untuk bundamu ini, memperkaya hati

      Hapus